Hello Readers, kali ini kita akan membahas tentang kekayaan budaya Indonesia yang tak kalah menariknya dengan kesenian dari daerah lain. Yup, benar sekali! Kita akan membahas tentang puisi bahasa Bali. Puisi yang telah ada sejak zaman kerajaan Bali ini menjadi bagian penting dari kebudayaan Bali. Dengan keunikan bahasanya, puisi bahasa Bali mampu menyentuh hati siapa saja yang membacanya. Karakteristik Puisi Bahasa Bali Puisi bahasa Bali memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan puisi dari daerah lain. Salah satunya adalah penggunaan bahasa Bali yang memiliki kekayaan kosakata dan makna yang sangat dalam. Selain itu, puisi bahasa Bali juga sangat dipengaruhi oleh kepercayaan dan budaya dari masyarakat Bali. Hal ini terlihat dari tema dan gaya bahasa yang digunakan dalam puisi tersebut. Beberapa tema yang sering diangkat dalam puisi bahasa Bali antara lain adalah keindahan alam, kecantikan wanita Bali, cinta, persahabatan, kehidupan sehari-hari, dan nilai-nilai kearifan lokal. Sedangkan gaya bahasa yang digunakan dalam puisi bahasa Bali adalah bahasa kiasan, metafora, simbolisme, dan bahasa yang sangat romantis. Contoh Puisi Bahasa Bali Berikut ini adalah contoh puisi bahasa Bali yang sangat populer Jegeg Bagus Jegeg bagus deweke Sing madue kecantikan Kecantikan deweke Kekaruman deweke Deweke jegeg bagus Kalawan rahayu Artinya Gadis cantik itu Yang mempunyai kecantikan Kecantikan dirinya Ketulusan hatinya Gadis cantik itu Dengan kebahagiaan Puisi ini menggambarkan tentang kecantikan seorang gadis Bali yang juga memiliki ketulusan hati. Bahasa yang digunakan dalam puisi ini sangat romantis dan memukau siapa saja yang membacanya. Keindahan Puisi Bahasa Bali Puisi bahasa Bali memiliki keindahan tersendiri yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Bahasa yang digunakan dalam puisi ini mampu menyentuh hati siapa saja yang membacanya. Selain itu, puisi bahasa Bali juga diiringi dengan musik tradisional Bali yang semakin memperdalam makna dari setiap kata yang diucapkan. Dengan kekayaan kosakata dan makna yang sangat dalam, puisi bahasa Bali mampu menjadi bagian penting dari kebudayaan Bali. Puisi ini tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga menjadi sarana untuk mengenal lebih dalam tentang kepercayaan dan budaya dari masyarakat Bali. Kesimpulan Demikianlah artikel tentang puisi bahasa Bali. Kita telah membahas tentang karakteristik puisi bahasa Bali, contoh puisi bahasa Bali, dan keindahan dari puisi bahasa Bali. Bagi kita sebagai warga negara Indonesia, kita harus bangga dengan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia, termasuk puisi bahasa Bali. Semoga artikel ini dapat memberikan informasi dan wawasan yang bermanfaat bagi kita semua. Sampai jumpa di artikel menarik lainnya!
Yénmawicara ngenénin indik Puisi Bali Anyar, sampun janten i raga taler pacang mawicara ngenénin indik sastra Bali Anyar. Duaning Puisi Bali Anyar inggih punika sinalih tunggil wacakan Sastra Bali anyar sané marupa kekawian puisi sané nganggén basa Bali, lan nénten kaiket olih uger-uger sekadi sané ngiket Puisi Bali Purwa (sloka, palawakya, kekawin, pupuh, miwah sané tiosan), lan
› Nusantara›Jejak Cinta dan Romansa dalam ... Puisi tentang cinta sudah berkembang semenjak masa kerajaan. Para pujangga kerajaan atau pengawi, membuat karya sastra bertemakan cinta sebagai penghayatan atas alam semesta. OlehCOKORDA YUDISTIRA M PUTRA 4 menit baca KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA Trio dari Kelompok Sekali Pentas mengisi pembukaan Dialog Sastra 69 bertemakan ”Puisi Romansa Lintas Masa” di Bentara Budaya Bali, Gianyar, Sabtu 15/2/2020. Dialog sastra di Bentara Budaya Bali, Gianyar, Sabtu, menampilkan sastrawan I Wayan Westa dan I Gusti Agung Ayu Mas Triadnyani sebagai pembicara yang mengupas perihal cinta dalam proses kreatif sastra, khususnya puisi tentang cinta, sudah berkembang semenjak masa kerajaan. Para pujangga kerajaan atau pengawi membuat karya sastra bertemakan cinta sebagai penghayatan atas semesta untuk pencerahan, pujaan bagi junjungan, atau kemuliaan cinta dalam puisi atau karya sastra itu diulas dalam seri Dialog Sastra 69 bertema ”Puisi Romansa Lintas Masa” di Bentara Budaya Bali, Gianyar, Sabtu 15/2/2020. Dua sastrawan, I Wayan Westa dan I Gusti Agung Ayu Mas Triadnyani, mengupas tema ini. Triadnyani, sastrawan dan juga akademisi dari Universitas Udayana, Bali, mengungkapkan, penyair juga membutuhkan cinta dalam proses kreatif membuat puisi atau karya sastra. Sebab, cinta akan memunculkan gairah maupun pergolakan yang akhirnya menimbulkan keberanian. Pujangga di masa lalu sudah mewariskan bait-bait cinta baik yang dilantunkan secara lisan maupun ditulis di atas daun lontar.”Menulis puisi itu kerja intelektual dan perlu modal keberanian,” kata Triadnyani. Keberanian kemudian menuntun penyair mengalirkan ide dan menuliskan puisinya tentang keindahan, kepahitan, ataupun berbagai hal menyangkut ekspresi juga Menelisik Ide Menulis PuisiPenyair juga membutuhkan cinta dalam proses kreatif membuat puisi atau karya mengambil contoh sepenggal puisi berjudul Surat Cinta karya WS Rendra. ”Kutulis surat ini/kala hujan gerimis/bagai bunyi tambur mainan/anak-anak peri dunia yang gaib.” Dalam puisinya itu, ujar Triadnyani, Rendra memilih dan menggunakan kata yang mengungkapkan perasaannya tentang pertemuan cinta antara dirinya dan Sunarti.”Bagi si aku yang tengah dirundung perasaan cinta itu, suara hujan gerimis terdengar bagai bunyi tambur yang romantis,” kata khazanah sastra Indonesia era Pujangga Baru, Amir Hamzah yang disebut sebagai Raja Penyair Pujangga Baru mengungkapkan kisah cinta melalui lirik puisi atau sajaknya. Dalam sajaknya berjudul ”Terbuka Bunga”, Amir Hamzah menggunakan kata-kata yang dapat membangkitkan imaji dan indra penciuman pembacanya. ”Terbuka bunga dalam hatiku!/kembang rindang disentuh bibir kesturimu”.”Penggunaan bahasa kiasan ini menggambarkan kegembiraan si aku yang sedang dilanda cinta,” kata Triadnyani yang sudah menghasilkan buku kumpulan puisi, antara lain, Mencari Pura 2011 dan Aku Lihat Bali 2015.Baca juga Hakikat Sastra untuk RakyatKOMPAS/EDDY HASBY ”Si Burung Merak” WS Rendra kembali mengepakkan sayapnya ketika membacakan puisi terkenalnya berjudul ”Suto Mencari Bapak” yang digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis 6/4/2006.Penyair Indonesia lainnya yang juga dikenal lewat puisi cinta, menurut Triadnyani, adalah Sapardi Djoko Damono. Salah satu sajak cinta karya Sapardi Djoko Damono yang dicontohkan Triadnyani adalah ”Aku Ingin”. ”Aku ingin mencintaimu/dengan sederhana/dengan kata yang tak sempat/diucapkan kayu kepada api/yang menjadikannya abu.”Sajak berjudul ”Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono itu juga dilantunkan kelompok Sekali Pentas ketika mereka tampil di pembukaan acara Dialog Sastra 69 di Bentara Budaya Bali, Sabtu malam. Trio Heri Windi Anggara, Satya Wati, dan Tria Hikmah Fratiwi membawakan sajak itu dalam bentuk musikalisasi lainnya, I Wayan Westa, merunut tema cinta dalam karya-karya sastrawan Bali di era kerajaan. Westa, sastrawan dan budayawan Bali yang memperoleh Hadiah Sastra Rancage tahun 2014, menyebutkan, masyarakat di Bali juga mengenal bentuk puisi sebagai medium untuk mengoneksikan kekuatan gaib, misalnya, melalui gending atau cecangkriman tembang.Westa juga mengungkapkan, para pujangga kerajaan, atau mpu, membuat karya sastra dalam bentuk pupuh atau bhasa untuk mengungkapkan suasana hati yang tengah juga Sastra Seribu Rasa dalam Air Kata-kataKOMPAS/NAWA TUNGGAL Penyair Sapardi Djoko Damono membacakan Tanakung, pujangga kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14 Masehi, membuat karya tentang kerinduannya, yang dikenal sebagai Bhasa Amreta-masa. Mpu Tanakung menyuratkan, ”Ketika bulan penuh di masa Kartika/yang guruhnya lemah terdengar di kejauhan/ketika sinar bulan menyirami bunga-bunga asoka/dengan sinarnya yang cemerlang/ketika burung-burung kuwong bersuara indah/merasuk hati dengan suara burung tuhu-tuhu/ketika itu aku teringat/dengan kecantikan dan kejelitaan diriMu/Oh Dewi.”Westa mengungkapkan, pujangga atau para kawi menulis kekawin sebagai bentuk atau praktik yoga. Para pengarang di masa lampau, menurut Westa, nyaris menafikan cinta yang sifatnya badaniah karena cinta semacam itu dinilai akan membelenggu mereka dalam upaya menuliskan cinta semesta dan cinta yang lebih abadi, yakni terhadap dewi kehidupan.”Para pengarang klasik itu memiliki kewajiban membimbing pembacanya menuju rasa jnanendria, tercerahkan logikanya dan terhaluskan perasaannya, dan rasa anandam, kebahagiaan setelah membaca karya sastra,” kata Westa. Tugas pengarang pada zaman lampau itu, menurut Westa, adalah merawat ingatan supaya cinta tetap juga Guru Bali Rilis Buku Antologi Puisi ”Sang Guru”KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA Bentara Budaya Bali menggelar seri Dialog Sastra 69 bertemakan ”Puisi Romansa Lintas Masa” di Bentara Budaya Bali, Gianyar, Sabtu 15/2/2020. Dua sastrawan, yakni I Wayan Westa kanan dan I Gusti Agung Ayu Mas Triadnyani berdiri, kiri, mengupas perihal cinta dalam karya sastra di Bentara Budaya Universitas Dwijendra, Denpasar, Dewi Pay Jiara 26, menyatakan, dirinya mendapatkan pengetahuan tambahan dan wawasan mengenai proses kreatif penyair dan pengaruh cinta dalam penciptaan karya sastra.”Menarik juga ketika diulas tentang karya sastra di masa lampau. Ini bermanfaat sebagai referensi saya,” kata Dewi seusai mengikuti dialog sastra di Bentara Budaya Bali, Gianyar. EditorGregorius Magnus Finesso
. 162 409 201 202 18 375 217 57